Annyeonghaseyo
Yorobun! Siapa yang belum pernah mendengar Hangeul? Pasti sebagian besar dari
kita terutama K-Lovers sudah mengenal abjad yang digunakan di Korea. Hari ini
tanggal 9 Oktober di Korea Selatan diperingati sebagai Hari Hangeul atau hari
penetapan Hangeul sebagai abjad Korea.
Dahulu
para ahli sejarah menyimpulkan bahwa Hari Hangeul jatuh pada 29 Oktober, namun
setelah ditemukannya fakta-fakta baru akhirnya para ahli sejarah menyimpulkan
bahwa Hangeul pertama kali dibuat tanggal 9 Oktober. Sejak tahun 2013, Hari
Hangeul ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Tapi
tahukah kamu bahwa ada banyak fakta menarik di balik abjad Korea satu ini?
Berikut saya sudah merangkumkan beberapa hal tentang Hangeul yang paling
menarik perhatian saya.
Huruf Hangeul Diciptakan Oleh Raja Sejong
Pada
mulanya Rakyat Korea menggunakan karakter Cina yang disebut Hanja dalam
penulisan mereka. Sekitar 1000 tahun lebih Rakyat Korea menggunakan Hanja. Namun
karakter Hanja sangat sulit untuk dipahami terlebih bagi rakyat dengan status
sosial yang rendah dan sulit untuk mengakses pendidikan. Oleh karena itu pada masa tersebut banyak
rakyat yang buta huruf.
Melihat
hal tersebut Raja Sejong yang merupakan Raja ke-4 Dinasti Joseon menciptakan
Hangeul yang lebih sederhana untuk menggantikan Hanja. Raja Sejong mengumumkan
Hangeul dalam Hunminjongeum (훈민정음) yang berarti “kata-kata yang benar untuk diajarkan pada rakyat”.
Namun dalam penyebarluasan Hangeul sebagai abjad Korea menggantikan Hanja tidak
lepas dari pertentangan. Para bangsawan khawatir timbul gejolak sosial jika
rakyat dengan status sosial yang rendah menjadi berpendidikan.
Pada 2009 Patung The Great King Sejong Di Plaza Gwanghwamun Dibuka Untuk
Umum
Tahun
2009 saat hari jadi ke-563 penenemuan Huruf Hangeul, patung Raja Sejong di
Gwanghwamun Square atau Gwanghwamun Plaza resmi dibuka untuk umum. Patung Raja
Sejong Yang Agung tersebut terbuat dari perunggu setinggi 9,5 meter. Patung
tersebut dibuat dengan menggambarkan Raja Sejong memegang buku yang terbuka di
tangannya sambil tersenyum dengan lembut seolah bahagia atas cita-cita mulianya
yang telah terwujud.
Selain
itu di depan patung Raja Sejong terdapat bola langit, pengukur hujan, dan jam
matahari yang semuanya diciptakan Raja Sejong selama masa pemerintahannya. Di
bagian lorong bawah tanah terdapat gedung pameran Sejong’s Story. Tidak hanya itu, di ujung plaza juga terdapat “Waterway of History” sebuah sungai
mengalir di atas ubin dengan sejarah Korea.
Di Korea Utara Diperingati Pada Tanggal 15
Januari
Korea
Utara juga memperingati Hari Hangeul. Namun berbeda dengan di Korea Selatan
yang memperingati Hari Hangeul setiap tanggal 9 Oktober, Korea Utara
memperingatinya pada tanggal 15 Januari.
Di
Korea Utara disebut dengan Hari
Chosŏn'gŭl. Diperingati setiap tanggal 15 Januari yang merujuk pada tanggal 15
Januari 1444 (atau 1443 menurut kalender bulan) adalah tanggal pembuatan Hunminjongeum
yang sebenarnya.
Mendapatkan Penghargaan Dari UNESCO
Hunminjongeum Haeryobon (buku panduan
Bahasa Korea) mendapat pengakuan dari UNESCO pada tahun 1997 dalam Memory of The World Register. Penghargaan
ini tidaklah suatu yang mengagetkan karena Hunminjongeum telah memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam memberantas buta huruf di Korea. Selain
penghargaan tersebut UNESCO juga memberikan penghargaan kepada organisasi atau
perseorangan yang membantu menurunkan buta huruf dengan memberikannya King Sejong Award.
Huruf Hangeul Juga Digunakan Oleh Salah
Satu Suku Di Indonesia
Yang
paling menarik adalah ternyata huruf Hangeul tidak hanya digunakan di Korea
tapi juga di Indonesia. Salah satu suku di Indonesia menggunakan Hangeul
sebagai abjad mereka untuk menuliskan bahasa daerah yang hampir punah.
Suku
yang menggunakan Hangeul untuk berkomunikasi secara tertulis adalah Suku
Cia-Cia. Sekitar 80.000 jiwa Suku Cia-Cia bermukim di Kampung Karya Baru, Pulau
Buton, Sulawesi Tenggara. Meskipun menggunakan huruf Hangeul untuk komunikasi
tertulis, namun bahasa yang digunakan tetaplah bahasa daerah mereka.
Hal
tersebut bermula saat Wali Kota Baubau tergerak hatinya melihat bahasa daerah
Suku Cia-Cia termasuk dalam bahasa yang hampir punah karena tidak memiliki
aksaranya sendiri. Tidak seperti bahasa di suku lain masyarakat Buton yang bisa
ditulis menggunakan huruf Arab, ternyata bunyi konsonan Cia-Cia tidak bisa
ditulis menggunakan huruf Arab.
Kemudian
pemerintah Kota Baubau menggelar Simposium Internasional Penaskahan Nusantara
dan berhasil menarik perhatian Profesor Chun Tae Hyun untuk meneliti bahasa
Suku Cia-Cia yang memiliki pelafalan mirip dengan Bahasa Korea. Sejak saat itu
pemerintah Kota Baubau dan Hunminjongeum Research Institute menyusun bahan ajar
untuk kurikulim muatan lokas bahasa daerah Cia-Cia. Dan hasilnya seperti
sekarang bahasa Cia-Cia tetap lestari dengan diabadikan melalui aksara Hangeul.
Jadi
fakta terkait Hangeul mana yang paling kamu sukai? Saya pribadi suka dengan
cita-cita mulia Raja Sejong.
0 Comments