Pada
tanggal 29 Maret 2018 kemarin saya menyempatkan diri untuk mengikuti
bincang-bincang mengenai Hyperandrogen pada wanita yang bisa menyebabkan
jerawat membandel. Saya tertarik sebagai wanita yang jerawatnya selalu setia
hilang dan timbul. Acara yang bincang-bincang yang diisi oleh dokter Santi Sadikin
dari Iris Beauty Clinic ini memang tidak salah untuk didatangi. Dokter santi
sendiri sudah berpengalaman selama 20 tahun di bidang kecantikan dan kesehatan
kulit.
Jerawat
pada kulit terutama wajah memang ada banyak sebabnya, namun secara garis besar
disebabkan oleh hormon dan pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan juga bisa
terjadi karena kurang rajin menjaga kebersihan, terpapar polusi udara, atau
akibat dari tidak cocok dengan suatu produk riasan dan juga tidak membersihkan
riasan dengan benar. Jika jerawat yang timbul dikarenakan faktor lingkungan maka
akan mudah untuk mengatasi, yaitu dengan
selalu rajin menjaga kebersihan. Namun jika faktor hormon maka penanganannya
juga berbeda dan harus diwaspadai. Bisa jadi munculnya jerawat tersebut karena
hormon androgen yang berlebih (Hyoerandrogen) yang seringkali menyebabkan
jerawat susah untuk sembuh.
Apa sih Hyperandrogen?
Hyperandrogen
adalah keadaan di mana androgen yang ada di dalam diri wanita terjadi
peningkatan yang sangat tinggi. Androgen sendiri adalah hormon pria yang
ternyata juga terdapat dalam tubuh wanita untuk menumbuhkan sel telur dan
rambut. Jumlah androgen di tubuh wanita normalnya adalah 1% dan jika melebihi
itu maka bisa dikatakan Hyperandrogen. Kondisi hyperandrogen pada wanita
terdapat dua faktor, yakni faktor dari dalam seperti PCOs (Sindrom Ovarium
Poliklistik), Hiperplasia fungsi kelenjar adrenal dan tumor (ovarium, adrenal,
hypophyseal, bronkhial. Sedangkan fator dari luar seperti efek dari kontrasepsi
dan pengobatan. Hyperandrogen sendiri terjadi pada 10-20% wanita.
Kondisi
seperti ini memicu wanita mengalami hal-hal seperti pada pria. Gejala-gejala
yang terliha pada Hyperandrogen diantaranya adalah sebagai berikut:
- Gejala
Klinis yang berupa Acne (jerawat), Hirsutism (tumbuhnya rambut berlebihan di
daerah yang tidak biasa pada tubuh perempuan), Androgenic Alopecia (kebotakan),
dan Seborrhea (peradangan kulit bagian atas) atau yang biasanya disingkat
(AHAS). Pada gejala klinis ini dokter Santi menyebutkan bahwa wanita bisa
memiliki salah satu gejala saja atau kombinasi, namun sejumlah 20% pasien
Hyperandrogen mengalami kombinasi gejala klinis.
Hirsutism pertumbuhan kumis dan jenggot pada wanita
sumber gambar: JTBC Eulachacha Waikiki - Hyperandrogenisme biokimia, produksi androgen berlebihan yang dihasilkan ovarium atau kelenjar adrenal. Pasien dengan gejala ini biasanya hanya mengalami menstruasi sebanyak 3-4 kali dalam satu tahun.
Ciri-ciri jerawat yang disebabkan oleh
hyperandrogen.
Jerawat
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan hyperandrogen memiliki kondisi yang
berbeda. Jerawat yang timbul karena faktor lingkungan mudah untuk diatasi
dengan menjaga kebersihan, selain itu juga cepat sembuh dan jumlahya tidak
banyak. Namun jerawat yang disebabkan oleh hyperandrogen biasanya susah untuk
disembuhkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada jerawat
hyperandrogen:
- Sulit ditangani
- Lebih parah dan lebih berpotensi meninggalkan scar atau bekas luka seperti cacar (bopeng)
- Tumbuh di berbagai area tubuh yang memiliki jumlah minyak banyak
- Jerawat hyperandrogen biasanya terlihat produksi minyak yang banyak meskipun sudah ditangani menggunakan obat oles dan oral.
Jerawat adalah masalah medis yang bekaitan
dengan kehidupan sosial dan ekonomi.
Timbulnya
jerawat adalah masalah yang umum terjadi pada 95% remaja usia 15-25 tahun. Padahal
pada usia tersebut adalah fase seorang manusia untuk mengembangkan dirinya.
Jerawat seringkali menjadi penyebab remaja memiliki rasa percaya diri yang
rendah sehingga membatasi diri dalam pergaulan. Oleh karena itu jerawat
seringkali menjadi penghambat kehidupan sosial karena erat kaitannya dengan
rasa percaya diri. Benar saja sejak saya punya jerawat jadi tidak percaya diri
tampil dengan wajah tanpa riasan. Dari seluruh total biaya pengobatan penyakit
kulit di seluruh dunia, obat jerawat menempati posisi sebanyak 18,3%. Pada tahun
2001, obat oral untuk jerawat menghabisnya biaya sebanyak €2,1 Milyar.
Terapi untuk menyembuhkan jerawat yang
disebabkan oleh hyperandrogen.
Kalau
jerawat biasa bisa diatasi dengan rajin menjaga kebersihan dan membersihkan
wajah setiap setelah selesai memakai riasan, maka jerawat yang disebabkan oleh
hyperandrogen ada penanganan secara khusus. Jerawat hyperandrogen cenderung
membandel dan memiliki ukuran besar, selain berpengaruh terhadap rasa percaya
diri juga sering terasa sakit dan tidak nyaman. Oleh karena itu dibutuhkan
penanganan yang lebih serius. Penanganan tersebut tentu harus di bawah
perhatian dokter yang memang ahli dalam penanganan jerawat yang disebabkan oleh
Hyperandrogen.
Menurut
dokter Santi ada beberapa macam terapi yang bisa diberikan kepada pasien dengan
kasus jerawat hyperandrogen. Diantaranya adalah GnRH analog, retinoids,
antibiotk, benzoylperoxide, insulin-sensitizing grugs, kontrasepsi, dan
antiandrogen. Antiandrogen sendiri adalah obat yang memiliki fungsi mencegah
hormon androgen seperti testosteron, dyhildrotestosteron di sel jaringan. Pada wanita
biasanya obat ini diresepkan untuk penanganan kasus hyperandrogen (jerawat,
seboroik hirsutisme, androgenic alopocia). Sedangkan pada pria juga dapat
diresepkan. Biasanya untuk penanganan kasus kanker prostat, BPH (benign
prostatic hyperplasia) dan hiperseksualitas.
Dokter
Santi juga menambahkan bahwa kontrasepsi oral juga bisa digunakan untuk
mengatasi jerawat yang timbul akibat hypeandrogen. Meskipun masih terdengar
tidak umum, namun penggunaan kontrasepsi untuk mengatasi jerawat ringan hingga
sedang pada wanita telah mendapat persetujuan oleh US Food and Drugs Association. Pil kontrasepsi biasanya mengandung
kombinasi estrogen dan progesteron. Fungsi estrogen sendiri adalah meningkatkan
produksi protein yang bertugas mengikat
androgen dalam hati, dengan begitu hormon androgen berlebih pada wanita akan
menurun. Selain itu progesteron sendiri juga berfungsi untuk menurunan hormon
androgen dalam tubuh karena memiliki sifat antiandrogen.
Jadi
kalau kamu yang kebetulan membaca tulisan ini memiliki masalah jerawat
membandel, segera pergi ke dokter untuk dipastikan penyebab jerawatnya. Jangan sesekali
berpikir untuk mengkonsumsi obat-obatan yang belum jelas atau malah inisiatif
menggunakan pil kontrasepsi. Karena selain kita tidak tahu kandungan pil
kontrasepsi yang banyak sekali macamnya, juga konsumsi pil kontrasepsi ada
dosis serta durasi yang dianjurkan.
Invest your skin
It’s going to represent you for a very long
time –Linden Tyler-
2 Comments
Nggak biasa sih kalau pakai alat kontrasepsi oral bisa mengurangi jerawat. Aku masih pakai obat oles untuk menghilangkan jerawat, tapi belum mampu menghilangkan masa lalu *egimana
ReplyDeletePil kontrasepsi hanya sesuai anjuran dokter untuk mengurangi jerawat yang disebabkan oleh Hyperandrogen
Delete