Sinetron
tahun 90an yang paling saya ingat sampai sekarang yaitu Keluarga Cemara. Kalau
sinetron 80an? Saya kurang tahu karena saya sendiri lahir tahun 90an. Haha...
Yang saya ingat sampai sekarang ya cuma Keluarga Cemara. Sebenarnya ada banyak
sekali sinetron yang bagus seperti Si Doel Anak Sekolahan, tapi karena masih
bocah dan tidak paham dengan konflik yang dibahas. Jadi ya sebagai anak yang
baru masuk SD, sinetron yang paling berkesan dan masih diingat ya Keluarga
Cemara.
Pertama
kali ditayangkan tahun 1996 dan itu bahkan saya belum SD, hehe... Keluarga
Cemara mengisahkan tentang kehidupan Abah sebagai penarik becak, dengan
istrinya (Emak) sebagai sosok istri yang pengertian dan ibu yang baik, serta
ketiga anaknya, yaitu Euis (anak pertama), Cemara atau biasanya dipanggil Ara
(anak kedua), dan Agil (anak terakhir). Sinetron ini mengisahkan tentang satu
keluarga yang sederhana dan saling mengasihi, seperti judul yang diangkat. Cerita
yang diangkat dalam sinetron ini berdasarkan tulisan Arswendo dari cerita
bersambung sebuah majalah yang kemudian diangkat menjadi novel. Bagi saya ada
beberapa hal yang membuat sinetron ini meninggalkan kesan yang dalam sampai
sekarang.
1. Original
Soundtrack atau lagu tema pembuka yang hangat.
Coba
simak lirik lagu ini.
Harta yang paling berharga, adalah keluarga.
Istana yang paling indah, adalah keluarga.
Puisi yang paling bermakna, adalah keluarga.
Mutiara tiada tara, adalah keluarga.
Kalau
belum ingat boleh sambil putar video di bawah ini. Tapi saya yakin 99% jika
kalian juga pasti ingat dengan lagu pembuka sinetron Keluarga Cemara ini.
Bagi
saya, lirik lagu yang sederhana ini mampu membuat kita kembali menengok ke
dalam keluarga saya. Ajaibnya bisa menimbulkan rasa syukur karena bagaimanapun
keadaan keluarga, mereka lebih dari harta dan materi. Setuju kan?
2. Rangkuman
Kesederhanaan.
Kalau
saya boleh bilang, seluruh bagian dari sinetron Keluarga Cemara adalah sebuah
kesederhaan tapi mampu merangkum banyak hal yang indah dipandang dan didengar.
Contoh pertamanya tentu saya pada bagian lagu pembuka, lirik yang mereka
gunakan adalah kata-kata yang lazim kita dengar jika membahas tentang keluarga.
Tapi justru kesederhanaan itu bisa menjadi lagu yang masuk telinga kemudian
turun ke hati.
Lalu
kesederhanaan yang lain adalah dari segi kehidupan keluarga yang diangkat. Tidak
seperti kebanyakan sinetron jaman sekarang yang sangat menunjukkan sisi materi,
beda si kaya dan si miskin, kemudian seolah menjadi miskin itu akan sangat
tertindas. Di sinetron Keluarga Cemara bukan tak pernah mengangkat tentang
cerita seperti itu, namun bagian cerita tersebut bukan menjadi poin utama dalam
sinetron ini. Karena mereka menunjukkan bahwa menjalani kehidupan sederhana itu
tidak apa-apa dan sederhana bukan berarti tidak berdaya.
Kesederhanaan
yang diangkat juga sangat realistis dengan kehidupan sehari-hari yang terjadi.
Karena pernah saya melihat ada sinetron atau FTV yang menceritakan latar tokoh
dari keluarga sederhana tapi dandanan tidak nyambung. Kan lucu ya? Tapi
sinetron ini benar-benar menyajikan kehidupan yang sederhana, penampilan para
tokohnya juga apa adanya, dan malah jadi tontonan yang menarik.
3. Penuh
dengan nilai-nilai kehidupan
Kasih
sayang dalam keluarga. Di sini diceritakan bahwa Abah dulunya adalah seorang
pengusaha yang pada akhirnya jatuh miskin karena suatu hal. Tapi karena
kesetiaan istrinya dan kasih sayang anak-anaknya, menjadikan mereka keluarga yang
bahagia bagaimanapun keadaannya. Kasih sayang keluarga menjadi satu nilai utuh
yang menggambarkan keseluruhan sinetron ini.
Ketulusan
yang dibawakan masing-masing anggota keluarga juga terlihat sangat jelas. Abah
yang tulus menerima keadaan hidupnya saat itu, emak yang masih setia pada abah
juga tidak pernah mengeluh bahkan tulis merawat anak-anaknya dan membantu
perekonomian keluarga, dan anak-anaknya yang juga menerima keadaan abah setelah
tidak lagi menjadi pengusaha.
Kemudiaan
ada nilai saling menghormati yang bisa kita resapi. Emak sebagai istri tetap
menghormati Abah sebagai kepala keluarga dalam keadaan perekonomian keluarga
yang buruk, anak-anak yang menghormati orang tua dengan cara membantu di rumah
dan berjualan, lalu Ara dan Agil sebagai adik juga menghormati kakaknya.
Yang
terakhir dan paling saya ingat, yaitu tentang tetap berusaha dan bekerja keras. Walaupun dikisahkan mereka jatuh miskin dan harus menjalani kehidupan yang
serba sederhana, keluarga mereka tidak lantas merasa terpuruk dan tetap
berjuang dalam hidup. Abah menjadi tukang becak untuk menghidupi keluarganya
dan Emak berjualan opak dibantu oleh anak-anaknya. Ini yang patut kita sadari
bahwa menjalani kehidupan yang sederhana tidak berarti tak berdaya. Orang kaya
ataupun miskin tidak perlu dibeda-bedakan, semuanya berusaha yang terbaik untuk
kehidupan masing-masing, tidak ada yang memalukan dalam hal berusaha karena
semuanya tetap saja manusia yang harus saling menghormati.
Cerita
tentang kehangatan keluarga dan anak-anak seperti inilah yang mampu saya ingat
sampai sekarang. Cerita yang sederhana tapi banyak memiliki pesan moral yang
mudah saya cerna sebagai anak kecil. Sekarang juga masih ada menurut saya
sinetron yang mengajarkan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari, namun
belum ada yang layak ditonton oleh anak kecil. Saya juga tidak putus harapan,
saya yakin suatu saat pertelevisian Indonesia akan mampu menyajikan tontonan
yang bermanfaat dan berkualias, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak.
8 Comments
saya juga suka nonton keluarga cemara, penuh kesederhanaan
ReplyDeleteDulu wktu masih kecil suka nonton ini... Terus sama teman suka main ala2 keluarga cemara... Pura2 jadi Ara sm Agil terus ala2 jualan opak =D
ReplyDeleteKeluarga cemara TERBAIK memang 👌
sinetron ini memang inspiratif banget.... genre yg mungkin ga banyak production house berani ambil.... berharap anak2 skrg dapet tontonan seinspiratif Keluarga Cemara :)
ReplyDeleteSuka juga dengan keluarga cemara. Sederhana tapi banyak pelajarannya. Kangen dengan sinetron2 seperti ini...
ReplyDeleteSaking gk pernah liat sinetron, aku udah gk hapal nama2 pemain sonetron yg baru2 hahaha. Hapalnya Ari Wibowo muluk *eh
ReplyDeleteKapan ya, ada sinetron kek Kel. Cemara gini, yg agak mirip2 Haji Muhidin kali yak. Ceritanya sehari2 bgt
aku ga nonton waktu kecil dulu.. sebagian keluarga suka cocoklogi.. cemara itu pohonnya umat kristiani. So, ga pernah nonton sinetron ini. Walau kata orang bagus. Namanya kita berbakti ke orangtua selama ga disuruh berbuat jahat :)
ReplyDeleteNonton cerita ini jadi teringat saat zaman kecil dulu.
ReplyDeleteJaman sekarang ada ga yah sinetron yang mendidik kaya gini ?
ReplyDelete