Halo teman-teman, kali ini saya tidak menuliskan tempat baru mana lagi yang saya kunjungi karena memang belum ada lagi. Tapi saya ingin berbagi pengalaman tentang suatu titik yang menjadi titik tolak saya memberanikan diri melakukan sebuah perjalanan.
Tahun 2011 adalah tahun yang menjadi
titik tolak bagi saya. Yogyakarta menjadi saksi bisu terbangunnya mimpi-mimpi. Waktu
itu Januari 2011, saya sedang duduk santai di pinggir Jalan Malioboro sambiil
menikmati jajanan yang baru saya beli. Entah kenapa tidak ada rasa khawatir
karena matahari semakin tergelincir ke barat tapi saya dan teman-teman saya
belum dapat penginapan juga di kota yang baru pertama saya datangi. Ingatan
saya malah semakin melayang-layang ke masa Sekolah Dasar.
Acara perpisahan SD teman-teman
mengaji saya menceritakan mereka pergi ke suatu tempat bernama Yogyakarta. Saya
hanya bisa menyimak tanpa bisa membayangkan, hanya saja terdengar sangat
menyenangkan di tempat itu. Saya sendiri pergi ke Malang yang tak jauh dari
Surabaya. Lalu melompat juga ingatan sepanjang masa SMA. Saat teman-teman
sekelas hobi nongkrong di taman-taman kota dan mall, saya sama sekali tidak
tertarik. Saat anak-anak pecinta alam mendaki gunung sana sini, saya juga cuma
bisa mendengarkan. Saya merasa jadi anak paling cupu sedunia. Dilarang orang
tua untuk bepergian atau bermain juga tidak, saya hanya tidak tahu bagaimana
memulai langkah awal untuk melakukan sebuah perjalanan.
Kenangan panjang itu ternyata
bisa juga menemani singkatnya acara duduk santai saya. Berkali-kali saya
memejamkan mata cuma untuk memastikan saya benar-benar membuka mata dan tidak
bermimpi bahwa saya ada di salah satu kota impian saya. Yogyakarta, buah
rencana singkat bersama teman-teman saya di kampus sebagai mahasiswa tingkat
satu di Surabaya. Baru tadi pagi saya mencium tangan ayah dan ibu saya untuk
meyakinkan mereka bahwa saya akan baik-baik saja selama seminggu ke depan. Nyatanya memang demikian, saya dan teman-teman
saya berhasil hanya mengeluarkan 40 ribu rupiah untuk menginap selama 5 hari di
Yogyakarta. Geliat kota ini juga turut menjanjikan saya bahwa saya akan
menikmati perjalanan pertama saya.
Belajar dari internet yang
semakin mudah diakses saat ini, saya menyusun sebuah itinerary yang akan menjadi pemandu selama perjalanan ini. Benar
saja, saya beruntung karena lancar-lancar saja melakukan kegiatan yang sudah
disusun kecuali saat hujan turun yang malah menambah keseruan perjalanan
pertama saya. Mulai dari bisa mendapatkan penginapan murah, makanan yang
mengenyangkan tapi murah, dan segala kegiatan di kota yang menyenangkan itu
membuat saya membangun rasa percaya diri untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpi
mengunjungi tempat yang lain.
Tidak sampai satu tahun setelah
perjalanan di Jogja, saya malah dua kali memantapkan langkah di Jakarta. Yang
pertama bersama ayah dan ibu saya untuk melihat keadaan abang saya di Jakarta.
Satu minggu kemudian malah saya melakukan perjalanan ke Jakarta lagi bersama
seorang teman dan lagi-lagi tanpa tahu harus bermalam dimana. Saya juga tidak
khawatir karena pernah mengalami hal yang sama. Jakarta adalah kota lain dalam
impian saya. Sampai saat ini saya sudah 3 kali menggapai Jakarta, dan yang
ketiga adalah yang termanis karena mendapat undangan dari salah satu
kementrian.
Pada awal 2012 saya berhasil
melakukan perjalanan mengelilingi separuh Pulau Jawa bersama sembilan orang
teman saya. Dalam perjalanan ini, saya lima hari melihat kehidupan di kampung
halaman teman-teman saya itu. Rehat sehari dari perjalanan itu, saya langsung
terbang menuju Makassar berdua bersama kakak saya. Yap, ini pesawat pertama
saya dan luar pulau terjauh pertama saya. Akhirnya saya tahu bagaimana rasanya
berada diantara awan. Di tahun 2012 ini saya juga berhasil terdampar di Bromo
yang juga Bromo pertama saya, Pantai Karanggongso Trenggalek yang jadi laut
biru berbukit pertama saya, sampai nekat mengajak teman saya yang lain berdua
saja backpackeran ke Jogja.
Tahun 2013 juga tak kalah seru.
Saya memutuskan menetap di Jogja selama dua bulan untuk suatu urusan non traveling,
mencuri waktu untuk explore DIY semakin seru. Namun tetap saja Kabupaten Gunung
Kidul yang sedang tersohor itu belum berhasil saya kunjungi. Seminggu
setelahnya, saya juga memberanikan diri ikut ke Singapura untuk keperluan yang
juga non traveling. Tentu saja itu adalah luar negeri pertama saya dan meskipun
sedang observasi tetap saja banyak yang bisa dipelajari ketika nanti kembali
untuk traveling. Dua hari setelahnya, saya punya perjalanan yang tak kalah
menegangkan. Saya berkendara lebih dari 100 Km menuju ujung timur Pulau Madura bersama
seorang partner perjalanan, tentunya ini juga berkendara terjauh pertama yang
saya lakukan tanpa partner perjalanan laki-laki.
Semua orang pasti memiliki
pengalaman tentang pertama kali dan itu adalah ingatan terjelas saya mengenai
semua yang serba pertama selama saya traveling. Kalau mengingat itu semua, saya
jadi malu jika disebut traveler sejati oleh teman-teman yang lebih serius
menekuni dunia traveling ini. Saya masih benar-benar hijau dalam dunia
traveling, backpacking, atau petualangan. Oleh karena itu, dalam beberapa bio
saya menuliskan kalau saya ini masih petualang amatir. Berbeda dengan beberapa
kenalan saya yang mungkin saking berpengalamannya malah membuka biro perjalanan
kecil-kecilan atau menjadi travel writer yang terkenal di dunia blogging.
Terkadang saya kagum juga iri melihat mereka tapi yasudahlah, setiap orang
punya fase tersendiri dalam hidupnya.
Langkah kaki pertama saya menuju
dunia traveling membawa saya pada banyak perenungan. Benar jika pariwisata itu
adalah multi sektor perekonomian yang mampu menyediakan banyak lapangan
pekerjaan. Daerah yang seringkali menjadi tempat transit saja malah berkembang
menjadi kawasan pariwisata terlengkap. Seandainya berandai-andai itu boleh,
andai semua potensi wisata di negara ini digarap dengan baik. Pastinya mampu
menggerakkan berbagai sektor perekonomian dan dengan sendirinya mampu menjaga
lingkungan serta budaya. Perenungan yang lain adalah tertambatnya saya pada
pemahaman betapa beragamnya budaya yang kita miliki. Pergi ke satu daerah dan
daerah lain, kita menjunjung dan menghormati kebudayaan itu.
Langkah kaki pertama saya dalam
dunia traveling mengantarkan saya pada beberapa mimpi yang bisa saya raih.
Semoga saja mimpi yang lain segera menyusul untuk tewujud. Suatu saat saya
ingin melakukan perjalanan ke gunung yang benar-benar mendaki, perjalanan ke laut
yang benar-benar menyelam, perjalanan ke perdesaan yang benar-benar tenggelam
dalam budaya dan adat setempat. Saya tidak malu menjadi petualang amatir yang
baru saja memulai petualangan, yang terpenting adalah tentu saja akhirnya saya
berani memulai langkah. Temukan bahwa yang paling menyenangkan saat melakukan
perjalanan adalah saat perjalanan pulang. Semakin jauh melangkah, semakin tahu
dimana tempat kita pulang. Setidaknya itu menurut pandangan saya yang petualang
amatir ini. Terima kasih Yogyakarta atas turut sertanya membangun semangat
melangkahkan kaki di dunia traveling. Salam langkah kaki.
10 Comments
jadi kepengen jalan2 (lagi) n_n
ReplyDeleteBoleh dong ajak saya kalau jalan2 :D
Deletewah asik banget jalan2.. mupeng deh..
ReplyDeletePingin bisa bilang: salam langkah kaki.. :)
Ayo memulai langkah, saya juga masih amatiran nih. Suka jalan2 bukan cuma seru lihat destinasi kita, tapi selalu ada pemaknaan dari setiap langkah kaki kita termasuk saat melakukan sebuah perjalanan :)
DeleteWah seru..saya juga pecinta travelling..tapi masih blm bisa jadi solo traveller :)
ReplyDeletehehe sebenernya saya juga masih belum bisa solo traveling, biasanya ya kalau belum ada temen cari2 temen seperjalanan. Kapan2 boleh undang saya join traveling :D
DeleteWah.. hebat mbak udah sampe ke luar negeri. Kita masih di negeri sendiri dan masih sakau, soalnya banyak banget yang belum di datengin.
ReplyDeleteLuar negeri saya juga baru sekeping itu. Saya di negeri sendiri juga banyak banyak banyak banget yang belum dikunjungi. Buat saya tak perlu terlalu idealis harus menyelesaikan destinasi2 di negeri sendiri dulu baru ke luar negeri. Kalau ada kesempatan ke luar negeri ambillah, banyak yg bisa dipelajari untuk kita lebih menghargai negeri kita sendiri, Syukur2 berguna untuk kontribusi pariwisata kita.
DeletePengalaman dan perjalanan awal yang keren. Melangkahlah terus mbak dan langkahkan kakimu itu ke seluruh wilayah Nusantara dan perolehlah nilai nilai dari kearifan lokal. Aku juga kini mulai mengawali langkah kakiku. Pengalaman naik gunung penanggungan menjadi pengalaman pertama ke gununga, pengalaman snorkling pertama bersamamu dan kawan kawan juga menjadi pengalaman pertama ke pulau tersembunyi nan elok.
ReplyDeleteSalam langkah kaki mbak bro ;)
Setelah tak teliti ternyata ini rizki. Haha... Ok dek, langkahkan kakimu juga. Terima kasih sudah ikut snorkeling ria dan menyenangkan sampe punya temen2 baru. haha..
DeleteSalam langkah kaki.